PENANGANAN BANJIR ROB YANG TERJADI
DI KELURAHAN TANJUNG MAS, KABUPATEN PEKALONGAN DAN KABUPATEN DEMAK
Chindy
Triningsih Siagian
21040115120053
Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Abstract
Banjir rob is when an area inundated
during the highest tide and low tide again at the lowest tide. The factor of
banjir rob is the height of land, land subsidence, the distance from coastal,
and the distance from river. Semarang city is one of the coastal cities in Indonesia. Under existing condition, Semarang very often
flooded rob. Almost every day at dusk,
puddles always the case in some areas as a result of tidal flood, even till
now there is no way in which it is appropriate for this problem and the burden of development that crisscross the coastal areas are also getting bigger so that subsidence on land also
influential to flooding rob
(Kodoatie, 2003).
Areas that are at risk of tidal flooding coastal areas of Semarang which includes six sub-districts Tugu, West Semarang, kelurahan Tanjung Mas, Kabupaten Pekalongan, and kabupaten Demak with predictions and assumptions of sea level rise by 2050 and land subsidence of 2-3 cm per year (Muhrozi, 2004).
Areas that are at risk of tidal flooding coastal areas of Semarang which includes six sub-districts Tugu, West Semarang, kelurahan Tanjung Mas, Kabupaten Pekalongan, and kabupaten Demak with predictions and assumptions of sea level rise by 2050 and land subsidence of 2-3 cm per year (Muhrozi, 2004).
Keywords
: development,
coast
Abstrak
Banjir
rob adalah ketika suatu daerah tergenang selama
pasang tertinggi dan surut lagi di pasang
terendah. Faktor banjir
rob adalah ketinggian
tanah, penurunan tanah, jarak dari pantai, dan
jarak dari sungai. Kota Semarang
merupakan salah satu kota pesisir di Indonesia.
Dalam kondisi yang ada, Semarang sangat sering banjir
rob. Hampir setiap hari pada sore hari, genangan air selalu terjadi di beberapa daerah sebagai akibat dari banjir pasang, bahkan sampai
saat ini belum ada cara yang tepat untuk masalah
ini dan beban pembangunan yang merambah wilayah pesisir juga semakin besar sehingga bahwa penurunan
di darat juga berpengaruh
untuk banjir rob
(Kodoatie, 2003).
Daerah yang beresiko wilayah pesisir banjir pasang dari Semarang yang meliputi enam kecamatan Tugu, Semarang Barat, kelurahan Tanjung Mas, Kabupaten Pekalongan, dan kabupaten Demak dengan prediksi dan asumsi kenaikan permukaan laut tahun 2050 dan penurunan tanah dari 2-3 cm per tahun (Muhrozi, 2004).
Kata kunci: Pembangunan, Pesisir
Daerah yang beresiko wilayah pesisir banjir pasang dari Semarang yang meliputi enam kecamatan Tugu, Semarang Barat, kelurahan Tanjung Mas, Kabupaten Pekalongan, dan kabupaten Demak dengan prediksi dan asumsi kenaikan permukaan laut tahun 2050 dan penurunan tanah dari 2-3 cm per tahun (Muhrozi, 2004).
Kata kunci: Pembangunan, Pesisir
1.Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Indonesia adalah negara yang beriklim tropis dan
dikelilingi oleh banyak pulau. Di indonesia ada 2 musim yaitu msim kemarau dan
musim hujan. Kota semarang adalah kota yang apabila hujan datang, maka bisa
terjadi banjir, salah satnya adalah banjir rob. Perubahan iklim telah mengubah proses alam khususnya pola cuaca. Salah
satu isu yang berkembang adalah perubahan iklim dapat menyebabkan bencana pada
kota-kota pesisir seperti banjir, kenaikan permukaan air laut, penurunan
permukaan tanah, maupun masuknya air laut ke wilayah daratan. Bencana banjir
rob yang terjadi di Semarang berdampak pada kerusakan kondisi fisik dan
lingkungn. Kerusakan tersebut dikhawatirkan juga akan berpengaruh pada
aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang ada di dalamnya. Oleh karena itu
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh
genangan banjir rob terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat di beberapa
kabupaten di Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan banjir rob ?
2.
Apa yang
mengakibatkan terjadinya banjir rob ?
3.
Kerusakan apa
saja yang diakibatkan oleh banjir rob ?
4.
Bagaimana kondisi
lingkungan beberapa daerah di semarang yang terkena banjir rob?
5.
Bagaimana cara menanggulangi banjir rob
?
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan
peneltian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara variabel kondisi genangan
banjir rob yang meliputi ketinggian dan lama genangan dengan variabel kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang meliputi perpindahan penduduk, pendidikan,
kesehatan, mata pencaharian,
dan
pendapatan. Selain itu untuk menggambarkan implementasi kebijakan penanganan
banjir rob di daerah provinsi semarang, untuk mengetahui upaya penanggulangan
hambatan- hambatan dalam pelaksanaan kebijakan penanganan banjir rob di wilayah
sekitar semarang khusus nya Kabupaten Demak, Kelurahan Tanjung Mas dan
Kabupaten Pekalongan. Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada
masyrakat tentang apa yang terjadi selama 30 tahun sebelumnya mengenai banjir
rob sehingga masyarakat lebih bisa membedakan dan mengantisipasi terjadinya banjir
rob.
2. Subbab
2.2.
Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Masterplan Sistem Drainase Kota
Semarang khususnya Kabupaten Demak, Kelurahan Tanjung Mas
dan Kabupaten Pekalongan disusun menggunakan konsep drainase kota berwawasan
lingkungan. Konsep dasar perencanaan sistem drainase yang digunakan adalah
mengalirkan air hujan dan air limbah rumah tangga atau limbah domestik ke badan
air berupa saluran alamiah atau sungai agar tiidak terjadi banjir. Konsep
normatif ini dipadukan dengan mengaplikasikan konsep ekodrainase, yaitu
seoptimal mungkin mengupayakan proses terjadinya peresapan air hujan secara
langsung kedalam tanah melalui sumur resapan air hujan dalam rangka konservasi
air tanah sebagai cadangan air tanah di musim kemarau dan untuk mencegah
intrusi air laut (Anonim, 2008). Drainase adalah suatu proses alami yang
diadaptasikan manusia untuk tujuan mereka sendiri, mengarahkan air dalam ruang
dan waktu dengan memanipulasi ketinggian muka air (Abdeldayem, 2005). Kebutuhan
akan sistem drainase yang memadai telah diperlukan sejak beberapa abad yang
lalu, seperti pada masa 300 SM jalan-jalan pada masa tersebut dibangun dengan
elevasi lebih tinggi untuk menghindari adanya limpasan di jalan (Long, 2007).
Untuk perkiraan resiko banjir dan merancang skema drainase, waduk, dan bangunan
hidrolik lainnya, pengetahuan tentang hubungan antara besarnya frekuensi dan
distribusi intensitas hujan yang turun sangatlah penting. Pengetahuan ini juga
penting dalam studi erosi, tanah longsor, letusan gunung berapi, dan di bidang
lain (John C. Rodda et al, 2009). Kolam penampung berfungsi untuk menampung
debit air sementara, baik debit limbah penduduk maupun debit air hujan. Desain
kolam penampung disesuaikan dengan debit air yang dihasilkan dengan kebutuhan
pompa yang akan digunakan (Hidayat, T., 2008). Sebuah metode pengawasan/kontrol
sistem polder dapat diatur dengan memantau tampungan yang tersedia dalam
sistem,selama dan setelah hujan. Dengan cara ini daerah genangan/masalah
drainase dapat ditanggulangi jika pengawasan/kontrol diatur dengan benar
sehingga mendapatkan kinerja yang baik (Peter Jules, 2003).
3. Metode Penelitian
3.1 Metode
penyediaan data
Pendekatan studi yang digunakan
untuk mencapai tinjaua dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Pada pendekatan kualitatif ini strategi penelitian yang digunakan adalah studi
kasus. Pengumpulan data menggunakan metode survei ke lembaga-lembaga dengan
metode observasi lapangan meliputi data wilayah genangan banjir,data wilayah
rawan banjir, data pasang surut,data kenaikan muka air laut,data gelombang,data
luasan mangrove dan tingkat kerusakannya. Serta data citra satelit pada
tahun-tahun yang tidak jauh berbeda. Teknik pengupulan data dilakukan dengan 3
cara yaitu dengan cara observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengunjungi tempatnya langsung. Wawancara yaitu cara untuk memperoleh informasi
dengan bertanya langsung terhadap objek penelitian. An cara pengumpulan data
yang terakhir adalah dokumen yaitu merupakan catatan- catatan peristiwa dalam
bentuk gambar, video, tulisan, atau rekaman dari seseorang.
3.2. Metode
Analisis Data
Sumber data yang tersedia dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang diambil secara langsung dari subjek/ sumber penelitian melalui wawancara
maupun analisis lapangan. Data sekunder merupakan data tambahan yang berkenan
dengan fokus penelitian. Data sekunder ini tidak langsung didapat dari subjek
namun dai pihak lain. Data sekunder ini dapat diperoleh dari orang lain atau
bahan bacaan lain, seperti koran, majalah dan yang lainnya.
3.3. Metode
Penyajian Analisis
Metode penyajian data analisis dalam
artikel ini aalah metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif.
Teknik dalam penelitian kuantitatif adalah menggunakan statistik. Penentuan
sampel penelitian menggunakan metode non-probality sampling dengan variasi
maksimal karena informasi akan digali dari pihak internal dan eksternal program
pemberdayaan masyarakat di daerah kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Budiarjo dan
kabupaten Demak. Dalam penelitian kualitatif data yang
diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatakan variasi data sangat
tinggi sekali. Data yang diperoleh pada
umumnya adalah data kualitattif sehingga tekniik analisa yang digunakan belum ada pola yang jelas. Oleh Karen itu sering mengalami
kesulitan dalam melakukan analisis.
4. Pembahasan
4.1.
Pengertian banjir rob
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di
suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir
dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga
menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Salah satu jenis banjir yaitu banjir lahar dingin, banjir bandang, banjir
cileunang dan banjir rob. Banjir yang sering terjadi didaerah Semarang adalah
banjir rob karena daerah Semarang dekat laut. Banjir rob yaitu luapan
air laut yang naik kedaratan biasanya diakibatkan oleh curah hujan yang
tinggi.
4.2.
Penyebab terjadinya banjir rob
Beberapa penyebab dari banjir rob di pesisir memang
belum dapat dipastikan, namun pada beberapa kondisi terjadinya rob secara umum
dapat disebabkan oleh
- Pasang-surut air laut dan
posisi bulan yang menyebabkan gaya tarik.
- Land Subsidence yang terjadi
sebagai akibat dari beban pemanfaatan lahan yang ada
dipesisir dan pengambilan air
tanah yang berlebihan.
- Perubahan pemanfaatan ruang di
pesisir sehingga tidak ada daerah yang menjadi barier terjadinya banjir rob.
Tiga hal tersebut secara umum
selalu ada didaerah yang rawan terhadap banjir rob sedangakln untuk perluasan
daerah genangannya tiga faktor tersebut berbanding lurus yaitu semain tinggi
tiga faktor tersebut maka luas genangan rob juga akan semakin besar (Kodoatie,2003).
4.3.
Dampak yang ditimbulkan oleh banjir
Dampak primer meliputi
· Kerusakan fisik - Mampu merusak
berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya,
dankanal.
Sekunder
· Pertanian dan persediaan makanan -
Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah
dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah
mineral tanah setempat.
· Pepohonan - Spesies yang
tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
· Transportasi - Jalur
transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang
membutuhkan.
Dampak
tersier/jangka panjang
· Ekonomi - Kesulitan
ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector
pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali;
kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari
berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala
kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah,
menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air
yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu
sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan
ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan
keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk
danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun
mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk
pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi). Terdapat 5 kelas kerawanan rob yang
menggenangi kawasan pemukiman di Demak yaitu kelas sangat rawan 14,464 ha,
kelas rawan 103,906 ha, kelas kurang aman 335,472 ha, kelas aman 877,394 hs,
kelas sangat aman 1171,527 ha. Daerah yang termasuk dalam kelas sangat rawan
dan rawan berada di Desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko, Bedono, Surodadi,
Tambakbulusan, Morodemak, Purworejo, Betahwalang, Wedung, Berahankulon, dan
Kedungmutih. Daerah yang termasuk dalam kelas kurang aman, aman, dan sangat
aman menyebar di seluruh Desa di Kabupaten Demak.
4.3.
Kondisi daerah di Semarang yang terkena banjir rob
1. Di daerah Kelurahan Tanjung Mas merupakan daerah
yang terletak di pesisir pantai dengan karakteristik hidrologi aquiver
produktivitasnya sedang hingga tinggi yang potensial menimbulkan banjir rob,
kondisi banjir rob di kelurahan ini memiliki ketinggian genangan mulai dari 30
cm- 1 m dengan genangan terparah pada RW XII hingga RW XIV karena letaknya yang
paling dekat dengan laut, namun keseluruhan kelurahan ini terendam banjirrob
disemua wilayahnya ketika air pasang. Kondisi sosial masyrakat di kelurahan
Tanjung Mas berdasarkan pendidikan diketahui mayoritas masyarakatnya mengenyam
pendidikan hinga tamat SMA, namun tidak sedikit pula yang hanya tama SD.
2. Di Kabupaten Pekalongan, berdasarkan hasil
penelitian di daerah Pekalongan terlihat bahwa sumber daya manusia pelaksana
penanganan rob di wilayah pesisir Kota Pekalongan memiliki tingkat pendidikan
yang cukup memadai. Sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan DIII sebanyak
1 (satu) orang, sarjana sebanyak 12 (dua belas) orang dan pasca sarjana
sebanyak 2 (dua) orang. Hal ini cukup memadai penanganan rob di daerah
Pekalongan.
3.
Di kabupaten Demak Berdasarkan faktor ketinggian tanah,
penurunan
tanah, jarak dari garis pantai, jarak dari sungai selanjutnya dilakukan
pemodelan
spasial dengan ketinggian air pasang 1 meter, maka dihasilkan peta daerah rawan
rob di Kabupaten Demak yang dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas
sangat
rawan, kelas rawan, kelas kurang aman, kelas aman, dan kelas sangat
aman.
Selanjutnya peta daerah rawan rob tersebut di overley terhadap Peta
Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dari hasil overley dapat dihitung luas
rencana
kawasan pemukiman yang terkena dampak banjir rob. Pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Demak terlihat bahwa pemukiman berada tidak jauh dari garis
pantai. Sebagian besar aktifitas manusia Kabupaten Demak berada di Pesisir, mengingat
daya tarik daerah pesisir, komunitas pesisir terus berkembang seiring dengan
perkembangan kawasan.
4.4 Cara Penanggulangan banjir Rob
Penanggulangan banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak
dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan
komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain
di Indonesia dari banjir besar.
Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan itu antara lain:
· Membuang
lubang-lubang serapan air
· Memperbanyak
ruang terbuka hijau
· Mengubah
perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah
raksasa.
Meninggikan bangunan
rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun
kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir,
manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta
dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi,
namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.
Partisipasi seluruh elemen masyarakat
harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana
secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil
tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan
banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan
sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan
tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang
berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life
cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk
pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara
menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di
wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti
pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir. Banjir
rob sering terjadi pada saat pasang tertinggi yang menggenangi kawasan
pemukiman di pesisir Kabupaten Demak. Peta tingkat kerawanan banjir rob
terhadap kawasan pemukiman di Kabupaten Demak ini selanjutnya dapat menjadi
pertimbangan untuk pembuatan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah yang berbasis
mitigasi.
5.Penutup
5.1
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
1. Pasang-surut
air laut dan posisi bulan yang menyebabkan gaya tarik.
2. Banjir merupakan fenomena alam yang
terjadi di daerah yang dialiri sungai
3. Banjir merupakan akibat dari suatu
siklus hidrologi
4. Banjir di Semarang adalah banjir rob
5. Penyebab terjadinya bencana banjir
adalah Penebangan hutan secara liar,
pendangkalan sungai, naiknya air laut ke daratan, pembuatan sungai dan
tanggul
yang tidak memenuhi syarat.
5. Banjir banyak menyebabkn kerugian,
seperti : Kematian, kerusakan sarana dan prasarana, kerugian material,
banyaknya penyakit menular, dan kegiatan masyarakat terhambat.
6. Daftar Pustaka
Hastari,
Rahma. 2014. Banjir Rob. Dalam web
jakartapedia.bpadjakarta.net.
Diakses pada tanggal 12 oktober 2015.
Satterthwaite
D. 2008. Climate changeand urbanization: Effects and implications for urban
governance. [Editor tidak diketahui]. The United Nations expert group meeting
on population distribution, urbanization, internal migration, and development.
United Nations Secretariat, 21-23 Januari. New York.
Karsidi
A. 2011. Bakosurtanal: Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada
Lingkungan Pantai Indonesia. [Editor tidak
diketahui]. Workshop Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada
Lingkungan Pantai Indonesia. 27 April
2011.
IPB
International Convention Center Bogor. http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/
workshop dampak kenaikan permukaan laut
pada lingkungan pantai Indonesia 2/ diakses 18 Mei 2011
Badan
Pusat Statistik Kabupaten Demak. 2011. Demak Dalam Angka. 340
Halaman
Dritasto, Achadiat. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Pembangunan
Wilayah dan Kota. Jurnal ASPI. Vol 5 (1). Oktober, hal.4- 16.
Kodoatie, R. J., and Sugoyanto.2002. BANJIR:
Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(Anggota IKAPI).
Lawson, Louis and Kearns Ade. 2010. Community
Empowerment in the Context of Glasgow Housing Stock Transfer.” Urban
Studies, Vol.47 (7), January.
Zubaedi. 2007. WACANA PEMBANGUNAN ALTERNATIF:
Ragam perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media.
Suharto, Edi. 2010. Membangun masyrakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Haeedar Akib, 2010. Implementasi Kebijakan: Apa,
Mengapa, Bagaimana, Jurnal Administrasi Publik, Volume 1No. 1 Tahun 2010.
Lilik Kurniawan, 2003, Kajian Banjir Rob di Kota
Semarang, Jurnal Alami Vol. 8 Nomor 2 Tahun2003, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar